Halo para pembaca *wink* /5. Saya ingin menuliskan catatan murid² 8G MTsN 1 Kota Serang tahun 2013/2014 yang absurd itu. Sebelum membaca cerita dibawah ini. Maafkan penulis ini yang hanya mencontek /no/ karya Abd. Syafei yang biasa dikenal Fe'i dan teman² sarapnya itu /ha.
Nama tokoh atau nama² yang tidak pada tempatnya dibawah cerita ini adalah nama dari murid kelas 8G sendiri. Maaf kalau ada yang namanya sama :* /emot.
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor Priyo. Dia berjalan di tengah hutan dengan pelan. Sesaat, dia melirik ke kanan dan melihat sebuah Adi yang disampingnya ada seember Puja. Dia kejatuhan sebatang Tika yang diikuti dengan sehelai Yesung. Priyo tidak memperdulikannya. Priyo berjalan lalu mengambil sebuah Adi yang penuh dengan Puja. Tiba² saja seekor Nadhif melempar sepucuk Syifa ke arah seekor Priyo. Dia tidak terkejut. Dia membalas dengan melempar seember Puja. Seekor Priyo membawa bekal berupa sepotong Difa dan segelas Daulay.
Hari ini mendung. Tetesan Ncun turun dengan cepat. Seekor priyo berlari dan mencari pohon untuk berteduh dari tetesan Ncun. Dari tempat seekor Priyo, terlihat kilatan US yang menyambar Nadiya² para warga desa disana. Hujan berlangsung sangat lama sehingga seekor Priyo merasa lapar. Dia mengambil sepotong Difa dan segelas Daulay lalu memakannya dan meminumnya. Tiba² seekor Karin lewat dengan tetesan Ncun dimatanya. Priyo tidak memperdulikannya.
Setelah tetesan Ncun berhenti. Seekor Priyo berjalan. Tak lama kemudian dia menemukan sebongkah Pe'i yang tergeletak lemah. Lalu seekor Priyo menendang sebongkah Pe'i ke arah selokan. Dan sebongkah Pe'i pun hanyut tak terselamatkan sampai kelaut Ferah. lalu seekor Priyo berjalan menuju laut Ferah untuk mengambil sebongkah Pe'i yang hanyut ke laut Ferah tapi dia berjalan ke arah yang salah yaitu ke neraka Jallalah dan bertemu malaikat PENCABUT gigi yang akan mencabut semua gigi giginya. Saat gigi seekor Priyo akan dicabut dia lari menjauh dan akhirnya sampai ke laut Ferah dan menemukan sebuah bangunan yang sangat lapuk dimakan monster Haol yang sangat menyeramkan!
Karena ketakutan, seekor Priyo itu pun berdo'a dan bertanya kepada Allah "Apa calah Aim yaAllah?". Setelah berdo'a seekor Priyo itu masuk ke bangunan tersebut. Dia melihat sebekas Tata yang muncul dari atap. Tiba² mendengar suara seorang perempuan yang tak dikenalnya. Dia menghampiri suara tersebut. Muncullah seekor Asri yang tidak berdaya sedang telen'tank'. Eh salah maksudnya telentang.
Priyo: "Siapa kamu?"
Asri : "Aku? Kamu siapa? Aku siapa? Aku dimana? Tagihan panci masih ada?"
Priyo: "serius nih. Aku sedang mencari sebongkah Pe'i yang lemah, tadi ada yang menendangnya hingga kesini"
Asri : "gue kan tadi tanya siapa elo? Kenapa jawab yang begituan? Oh iya. Saya Ningsih. Asalnya dari daerah kerajaan tuturtinula*r yang di Indosi*ar itu loh"
Priyo tak mendengarkan penjelasan seekor Asri dan malah melanjutkan perjalanannya. Ditengah jalan seekor Priyo merasa kelelahan hingga beristirahat dibawah pohon KHOLifah. Tanpa Priyo sadari Priyo pun tertidur pulas hingga terbit Wulan. Setelah terbangun dari tidurnya, seekor Priyo pun dihampiri oleh segumpal Dina dan seekor Priyo itu pun menghiraukannya dan melanjutkan perjalanannya walau diikuti segumpal Dina. Sesampainya di ufuk barat, seekor Priyo pun bertemu dengan pendeta. Pendeta itu menunggingi kuda dengan tidak mengenakan pakaian. Ia menghiraukan pendeta yang menurutnya palsu untuk mencari yang asli yang bernama Ratu Monalisa dan melanjutkan perjalanannya.
Dia pergi ke kelurahan Money Island yang berada didekat danau yang sangat mematikan bagi Api. Danau itu bernama danau QisQis.
Sesampainya di kelurahan tersebut. Ia menghiraukan semua yang ditemuinya seperti buluan *eh* bulu, tempelan Atria yang sangat kotor, dan juga sehelai Selda yang jatuh dikepalanya.
Terakhir, kepala Priyo kejatuhan pedang Katana dan ia pun tidak memberdulikannya alias mati. Ternyata tanpa sepengetahuan penulis. Katana tersebut di lempar oleh malaikat PENCABUT GIGI
-THE END-
Yey *prok²* /ngapaen/
sekian tulisan saya. Wassalam ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar